Rabu, 06 Februari 2019

Swing Kids: Kebebasan Seni Mendobrak Batasan Ideologi









Judul               : Swing Kids
Pemain            : Do Kyung Soo, Park Hye Soo, Jared Grimmes, Oh Jung Se, Kim Min Ho
Sutradara         : Kang Hyeong Cheol
Genre              : Drama Musikal
Tanggal Rilis   : 19 Desember 2018


Seni adalah sebuah kebebasan tanpa batas yang tidak akan bisa dihalangi oleh apapun. Hanya dengan seni segala perbedaan dapat menyatu. Perbedaan bahasa, ras, agama, suku bahkan ideologi .“ Fuck the ideology “ adalah sebuah penampilan dari sekelompok penari tap dance Swing Kids. Sebuah propaganda anti perang, melalui film bergenre drama musikal dibalut komedi yang super kocak dengan nuansa perang yang sangat getir.
Sebagai pecinta drama dan juga film dari negeri gingseng, tentunya saya sudah tidak asing lagi mendengar nama Kang Hyeong Cheol. Dia merupakan sutradara yang sukses menyutradarai film legendaris pada tahunnya yaitu Speech Scandal (2008)  dan juga Sunny (2011). Kali ini Kang Hyeong Cheol kembali menggarap sebuah film bergenre drama musikal bertajuk ‘Swing Kids’.
Diperankan oleh Do Kyung Soo sebagai peran utama, film ini berlatarkan sekitar tahun 1951 sampai 1953 di pulau terbesar kedua di Korea Selatan yaitu Pulau Geojeo, yang secara historis merupakan tempat yang penting di Korea Selatan.  Pulau ini merupakan kamp untuk tahanan komunis Korea Utara dan Cina dari Perang Korea, yang di bangun oleh tentara Amerika Serikat dan tentara Korea Selatan.
Pada saat itu kamp ini sedang menjadi sorotan media, sehingga kepala penjara menginstruksikan untuk dibentuknya sebuah tim tap dance agar terlihat ada kegiatan yang menyenangkan di kamp ini. Tim tap dance ini dilatih oleh  Jackson (Jared Grimmes) seorang sersan berkulit hitam yang sering sekali menjadi korban rasis. Anggotanya terdiri dari pria Korea Utara Kang Byung Sam (Oh Jung Se) yang membelot dari ideologinya komunis, dan bergabung dengan tim tap dance agar menjadi terkenal dan bisa bertemu dengan istrinya, lalu ada Yan Pan Rae (Park Hye Soo) seorang gadis lokal dari Korea Selatan yang cerdas dan menguasai empat bahasa namun harus bekerja keras dalam kemiskinan, selanjutnya Xiao Fang pria gemuk dari Tionghoa yang bergabung kedalam tim tap dance untuk menurunkan berat badannya, terakhir Roh Ki Soo (Do Kyung Soo) merupakan adik dari pahlawan perang Korea Utara seorang komunis garis keras pembenci segala hal yang berhubungan dengan kapitalisme, namun pada akhirnya harus merasa dilema karena dirinya jatuh cinta pada tap dance. Begitu kelimanya berkumpul, tim tap dance ini dijuluki Swing Kids sesuai judul filmnya.
Swing Kids membuat karakter setiap pemain dibangun menjadi begitu kuat, ciri khas film Korea.  Setiap pemain memiliki alasan masing-masing  mengapa mereka harus bergabung menjadi anggota Swing kids. Dengan durasi film yang lebih dari dua jam, film ini menarik diikuti karena penggalian masing-masing karakter yang dibangun tanpa membuat efek bosan. Perasaan gelisah yang dimunculkan dalam diri tokoh utama Roh Ki Soo (Do Kyung Soo), berhasil menarik penonton untuk merasakan perasaan yang sama. Roh Ki Soo berada dalam titik dilema antara memilih mengabdi pada ideologi bangsanya atau tetap melakukan tap dance yang disukainya. Sebuah pertentangan nyata antara idealisme dan realita.
Selain jatuh cinta dengan tap dance, Roh Ki Soo pun dihadapkan dengan dirinya yang merasa nyaman dengan keberadaanya bersama anggota Swing Kids. Meski pada awalnya pertikaian antara lima orang yang memiliki latar belakang berbeda ini sering terjadi, pada akhirnya kelima orang ini menjadi dekat karena intensitas pertemuan yang sering terjadi melalui latihan tap dance. Disnilah garis tebal itu diperlihatkan, bahwa menjadi berbeda bukan berarti tidak bisa bersatu. Dan seni menyatukan perbedaan itu.
Menjadikan tap dance sebagai topik utama dalam film ini. Tentunya, menempatkan scene tap dance menjadi sesuatu yang ditunggu. Hentakan sepatu yang diiringi lagu-lagu latar jazz dari The Beatles, Benny goodman, Jung Su Ra, dan juga David Bowie ini terlihat cantik dan menarik. Bahkan setelah saya selesai menonton Swing Kids, rasanya kaki ini masih ingin untuk ikut melakukan tap dance. Dan suara tap tap tap dari sepatunya seolah menempel di kepala. Intinya menyaksikan Roh Ki Soo dan kawan-kawan melakukan tap dance selalu berhasil membuat kagum. Karenanya pantas, jika akting dari Do Kyung Soo yang juga merupakan member dari boyband EXO ini mendapatkan banyak pujian.
Swing Kids juga mampu membuat saya tertawa dengan tingkah menyegarkan para pemerannya. Bahkan meski bukan dengan dialog, tapi hanya dengan gesture tubuh para pemainnya, dan scene percakapan dengan bahasa yang berbedapun menjadi sesuatu yang membuat saya tak bisa menahan tawa. Kekocakan yang dihadirkan oleh para pemain ini berlangsung lama hingga membuat saya melupakan bahwa film yang sedang saya tonton ini merupakan film drama perang. Mungkin hal ini juga yang ingin sutradara bangun, membangun efek kejut yang membuat saya tersadar mengenai suatu hal yang selayaknya terjadi dalam peperangan. Namun harus menjadi buram karena kelucuan dari tingkah laku pemainnya. Sejujurnya akhir dari film ini cukup membuat efek traumatis.
Dengan menonton film ini saya pun bisa melihat sudut pandang baru mengenai apa yang terjadi dari perang besar Korea itu sendiri. Dengan adanya perbedaan ideologi tak ada satu pihak pun  yang diuntungkan baik itu pihak Korea Utara, Korea Selatan, ataupun bahkan pihak Amerika Serikat. Semuanya bersikukuh mempertahankan ideologinya dan menganggap ideologinya yang paling benar. Padahal mereka masih saudara dan pernah tinggal di tanah yang sama. Tak ada tokoh antagonis dalam film ini, yang ada hanyalah ideologi yang antagonis. Karena itulah, ketika Jackson memberi nama pertunjukannya dengan judul “Fuck The Ideology”, diri saya sendiri tak bisa menahan rasa untuk tidak tersentuh.
Intinya, film ini hanyalah film sederhana tentang tap dance yang merupakan sebuah seni. Namun sang penulis sekaligus sutradara Kang Hyeong Cheol ingin menjelaskan bahwa dengan seni setiap orang dapat mendobrak batas-batas idealisme. Seni dapat menghilangkan fanatisme ideologi. Seni juga bukan sesuatu yang sulit dipahami, seni hanyalah sesuatu yang sederhana, yang indah dengan caranya sendiri. Dan disanalah letak kejaiban seni dalam film ini.

Oleh    : Ai Siti Rahayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Magang di CNN Indonesia Jawa Barat

       Halo, aku Ai Siti Rahayu mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang mendapatkan kesempatan magang selama 2 bulan di CNN In...