Minggu, 09 Desember 2018

Menyambut Ramadhan dengan Papajar Ala Masyarakat Cianjur





Assalamualaikum…
Marhaban Ya Ramadhan …

            Allhamdulilah beberapa hari puasa telah saya jalani dengan lancar, dan menyenangkan setiap harinya. Hal yang paling menarik saat saya menjalani puasa tentunya adalah saat hari-hari menyambut bulan puasa. Karena apa? Karena saya pribadi sangat menyukai bagaimana antusiame masyarakat dalam menyambut bulan yang penuh berkah ini. Apalagi ibu di rumah yang sangat semangat untuk mengolah berbagai macam bentuk masakan demi terjaganya stamina anak dan suaminya agar tetap fit di bulan Ramadhan.
            Dan hal unik yang saya alami di bulan Ramadhan tahun ini adalah berkesempatan mengikuti meriahnya Papajar. Kebetulan bulan Ramadhan kali ini, ayah saya mengajak kami sekeluarga untuk menengok kakek di Cianjur. Dan Kakek mengajak kami ke Jangari yaitu bibir danau Cirata. Disana kami naik perahu menuju sebuah perkampungan di daerah Calingcing yang merupakan komplek rumah warga apung. Disana juga ada saudara jauh saya yang memiliki rumah terapung diatas air. Pokoknya rumah itu unik karena selalu terapung diatas air, namun meski begitu keuangan warga Calingcing lumayan besar karena disetiap rumah terapung memilki usaha ternak ikan yang bisa mendapatkan profit cukup besar di setiap bulannya.
            Kembali ke tradisi papajar. Papajar menurut kakek saya memiliki arti menyambut datangnya fajar di bulan suci Ramadhan. Tradisi penyambutan fajar ini dilakukan bersama keluarga dengan bersenda gurau dan menikmati hidangan  yang dimasak bersama keluarga. Keluarga saya sendiri di Calingcing memasak ikan bakar yang ikannya diambil langsung dari ternak saudara saya. Jelas saja ikan dadakan seperti itu, ketika baru dibakar sangat enak dan segar.
            Malam harinya masih di Calincing dan terombang-ambing di atas air, keadaan di perkampungan Calingcing begitu ramai sama halnya dengan keadaan di daratan. Bahkan para warga beramai-ramai berkeliling ke seluruh penjuru perkampungan air dengan rumahnya yang bisa berpindah tempat. Pokoknya, menikmati suasana papajar di Calingcing adalah suatu pengalaman baru bagi saya, menarik dan unik.
            Benar saja kami menyambut fajar pertama di bulan Ramadhan tanpa tertidur dan terus bercengkrama bersama keluaraga, menikmati angina malam diatas perairan. Kakek saya bilang bahwa papajar di Cianjur Kota sudah jarang dilakukan mereka hanya menyambut kegiatan papajar dengan cara biasa. Yaitu masak sekeluarga seperti munggahan sehingga suasana papajarnya terasa berbeda. Tapi kalau di Cianjur kampung, para warga masih sering merayakannya dengan berangkat ke jangari atau calingcing atau obyek wisata lainnya. Dan kalau ingin tradisi papajar lebih terasa para warga biasanya berangkat sekeluarga dengan menggunakan mobil bak terbuka.
            Sebagai mahasiwa komunikasi, saya merasa bahwa tradisi seperti ini merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif. Di era modern seperti ini intensitas pertemuan antar keluarga jarang seklai terjadi, maka dari itu tradisi seperti ini harus terus diabadikan dan dilestarikan agar komunikasi dengan saudara tetap terjalin meskipun jarak rumah dengan saudara jauh. Karena kebersamaan adalah hal yang paling terlintas di pikiran ketika mengingat kata keluarga. Selain itu budaya juga jangan samapi hilang, memikirkan hal itu, aku jadi ingin terus menikmati papajar di Cianjur….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Magang di CNN Indonesia Jawa Barat

       Halo, aku Ai Siti Rahayu mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang mendapatkan kesempatan magang selama 2 bulan di CNN In...